BAHAYA menyimpan saldo di ATM dalam jumlah banyak
Jadi…. kemarin,
walaupun republik ini sedang melakukan PSBB, atau yang lebih dikenal dengan social distancing (pen-jarak-an sosial, jd dalam ‘bersosial’ harus berjarak, bukan si sosial dipenjarain, lol) saya nekat pergi ke ATM terdekat dari rumah saya untuk melakukan sebuah transaksi, karena cukup urgent.
ATM itu berada di dalam sebuah supermarket. saya sedikit terkejut, karena walaupun pandemi sedang melanda republik ini, supermarket tetap ramai dan antrian di ATM ini cukup panjang. sebenarnya saya tidak perlu terkejut karena antrian ATM ini memang biasanya panjang, dan kebetulan juga saya datang di waktu jam sibuk (dan selain itu, karena atm ini adalah milik sebuah Bank yang pangsa pasarnya cukup besar).
kira-kira saya habis waktu sekitar 15 menit untuk mengantri. karena tidak bawa HP (biasanya kalau lagi ngantri ya main HP, atau mengobrol kalau ada yang ngajak ngobrol) saya pun melakukan kebiasaan yang biasa saya lakukan kalau sedang mengantri sendirian (dan tidak bawa HP), yaitu melihat-lihat situasi sekitar, celingak celinguk seperti anak hilang.
ketika saya melihat ke arah ATM (atm yang saya sedang antri) tampak seorang ibu-ibu paruh baya yang di dampingi seorang anak perempuan yang kira-kira berusia 20 tahun.
si ibu lantas menancapkan kartu ATM nya itu ke lubang kartu yang terdapat di mesin ATM tersebut.
lalu saya pun menoleh ke arah lain, mengalihkan pandangan saya. (ngga baik gaes ngeliatin layar mesin ATM kalau ada orang yang lagi transaksi di mesin itu, itu privasi mereka.)
Hingga akhirnyaa…… dua orang lelaki yang sepertinya mereka berdua berusia sekitar 30 tahun yang mengantri di belakang saya pun membuka percakapan…
EH liat tuh, emak-emak saldo nya 200 juta!
Eh iya, gila! duitnya banyak banget ya!
karena naluri kepo (knowing every particular object, simpelnya, rasa ingin-tahu dalam kuantitas yang cukup besar) yang sudah built-in (bawaan) pada diri saya, saya pun penasaran dan menoleh ke arah ATM.
daaan, benar saja,
termpampang tanpa terhalang layar ATM itu menujukkan saldo rekening si ibu (ntah rekeningnya punya si ibu / bukan, tapi untuk mempermudah, kita anggap saja itu rekening nya si ibu) saldo nya sebesar:
Rp202.320.000
(saya lupa persisnya berapa, yang saya ingat hanya 202 juta.)
Saldo nya terpampang jelas karena mereka berdua (si ibu dan anak) berdiri disamping mesin ATM, sehingga layar mesin ATM tidak terhalang. kira-kira seperti ini posisi mereka.
Sayup-sayup terdengar apa yang si ibu dan anak ini bicarakan (karena mereka ngobrol dengan volume suara yang cukup keras)
Ibu (I): “mana nak nomor rekeningnya”
Anak (A): “ini bu” (sembari menyodorkan HP)
I: “berapa transfernya”
A: “satu juta dua ratus”
lalu setelah itu, transaksi mereka (ibu dan anak tadi) pun selesai. dan mereka lanjut berbelanja. tetapi, hampir seluruh orang-orang yang antri di belakang mereka menoleh terpana ke arah mereka. (kira-kira seperti ini)
ntahlah apa yang menjadi motivasi si ibu dan anak itu untuk ‘memamerkan’ saldo rekeningnya. atau mungkin justru si ibu dan anak ini tidak tahu bahwa hal itu adalah privasi mereka, dan memamerkan isi rekening itu hal yang relatif cukup berbahaya. (mungkin lain cerita kalau saldonya nol rupiah seperti di rekening saya yang saya jadikan foto cover tulisan ini)
terlepas dari motivasi mereka, menurut pribadi saya hal itu cukup berbahaya, karena beberapa hal:
- resiko eksternal, berisiko menimbulkan niat buruk orang lain untuk melakukan kejahatan kepada kita (yesss i know, jangan su’udzon, jangan berburuk sangka, tapi ini langkah preventif gaes; bukan su’udzon, tapi WASPADA, apalagi kalau soal uang. juragan beras aja bisa dibunuh gegara bawa uang 200 juta di dalam tas -> klik)
- resiko internal, saya sendiri pasti risih (merasa tidak nyaman & tidak aman) jika kejadian itu tidak sengaja terjadi kepada saya. (misal sudah saya tutupi, tapi ada aja orang yang ngeliat) kalau saya punya uang 200 juta (Aamiin, lebih juga boleh, haha) saya tidak akan taruh seluruh uang saya di satu rekening seperti itu, terlalu berisiko. diversifikasi kalau kata para smart money. jangan taruh seluruh telurmu di satu keranjang.
Sebenarnya kejadian ini bukan yang pertama kali saya lihat….
beberapa tahun lalu (saya lupa persisnya kapan) saya pernah melakukan kegiatan yang sama, di tempat yang sama, dan ada bapak-bapak kira-kira berusia 50 tahun, tapi bukan di atm ACB tempat ibu dan anak itu narik duit, tapi di atm sebelah kiri nya, atm Mandi Sendiri.
Singkat cerita, bapak itu transaksi, transfer sepertinya, karena tidak narik duit. setelah si bapak itu transaksi, dia langsung meninggalkan ATM itu begitu saja, tanpa mengambil struk nya.
tetapi, sesaat setelah bapak itu meninggalkan ATM nya, saldo nya masih terpampang di layar ATM (entah kenapa ada atm yang begitu, harusnya begitu kartu dicabut ya layar sudah tidak menampilkan saldo dong. (atau data krusial lainnya))
daan… emak-emak yang ngantri di belakang saya pun mengajak saya bicara…
“Wah itu bapak-bapak duitnya banyak banget ya dek….”
saya pun tidak menanggapinya, selain bingung mau nanggapin apa, saat itu saya memang tidak ingin ngobrol.
Apa yang sebaiknya dilakukan?
Menurut opini penulis, setidaknya ada dua hal yang harus kamu lakukan kalau kamu punya uang dalam jumlah yang cukup banyak: (cukup banyak ini relatif yah, 10 juta menurutmu sudah ‘cukup banyak’ tapi bisa saja menurut saya belum ‘cukup banyak’)
Satu,
Diversifikasi; taruh uangmu setidak-tidaknya dalam 2 rekening; rekening A yang kamu gunakan utk tarik tunai di ATM, isi dengan jumlah yang kira-kira tidak terlalu mencolok jika dilihat orang banyak (lagi, relatif, bisa aja 5 juta menurut saya tidak mencolok, tapi menurutmu cukup mencolok), dan satu rekening B utk simpan sisa bullion (harta) mu yang jumlah nya banyak (relatif) itu.
Misal, total uangmu ada 30 juta, taruh di rekening A sebesar 3 juta, rekening B sisanya, yaitu 27 juta. taruh di rekening A kira-kira yang cukup untuk kebutuhanmu dalam sebulan, kalau ada urgent mau tarik duit dalam jumlah besar, tinggal transfer via m-banking / internet banking dari rekening B ke rekening A, atau kalau ada waktu luang, datang langsung ke Bank.
Dua,
Tentu saja, tutupi layar ATM jika hendak bentransaksi dengan mesin ATM. tutupi layar ATM dengan punggungmu, atau terserah kamu mau tutupi pakai apa. terlebih lagi tutupi jarimu pada saat memasukkan nomor PIN.
Penutup,
Seperti kata bang napi, Waspadalah! selalu berhati-hati, karena orang yang berniat jahat bisa saja ada di sekitar kita.
Jangan lupa; harta nya di sedekahkan, kalau sudah mencapai nisab nya jangan lupa zakat-kan ya (zakat maal)
Sekian dan Terimakasih, Wallahualam bisshawab.